Di Twitter lagi ramai soal #promusisi dan #paytoplay . Intinya: jika ada orang/sekelompok orang hendak mengadakan gigs, maka mereka seharusnya membayar band yang mereka ajak main. Bukan sebaliknya, band yang bayar di gigs yang diadakan. Karena pertama: tidak semua band berasal dari orang mampu atau selalu ada uang lebih untuk bayar patungan band / register, kata mereka. Kedua, band memiliki hak sebagai musisi sehingga pantas untuk dihargai, dengan cara membayar mereka, ga sekedar ucapan thank you, dan juga dengan cara membeli rilisan,dan lain-lain. Ketiga, agar pengelola gigs ga males2an, ga enak2an dan justru lebih giat nyari dana untuk ngadain gigs bukan ngebebanin band dg biaya. Pay to play. Keempat, sebuah doa untuk semua gigs kolektif agar musnah.
Okay.
Pertama, poin keempat yang saya sebutin diatas adalah hal yang pertama mereka sebut. Darisini aja sebenernya udah ada mis komunikasi. Sangat aneh dengan kalimat gigs kolektif agar musnah, tetapi kemudian tweetnya memaparkan gig yang kalo diperatiin adalah harapan agar gigs kolektif berubah menjadi gigs mainstream (katakanlah demikian). Seperti band harus dibayar, dan bla bla bla. Ini sangat jamak. Tweetnya udah salah sasaran. Ya karena gigs kolektif ya memang demikian, pengadaan acaranya secara kolektif bersama kawan2, dan band yang main juga turut kolektifan. Kolektifan band bukan register. Bukan berarti kamu ga ada uang maka ga bisa main. Tetapi, gigs kolektif adalah gigs yang dibangun karena persaudaraan, belajar bersama, dan keinginan bersama untuk memperluas jaringan dll. Umpama band patungan 100rb perban (sepengetahuan saya 100rb ini paling tinggi patungan band), band berjumalh 5 orang alah per orang 20rb. Atau per band jumlah 4 org ya tinggal dibagi.
Pertama, poin keempat yang saya sebutin diatas adalah hal yang pertama mereka sebut. Darisini aja sebenernya udah ada mis komunikasi. Sangat aneh dengan kalimat gigs kolektif agar musnah, tetapi kemudian tweetnya memaparkan gig yang kalo diperatiin adalah harapan agar gigs kolektif berubah menjadi gigs mainstream (katakanlah demikian). Seperti band harus dibayar, dan bla bla bla. Ini sangat jamak. Tweetnya udah salah sasaran. Ya karena gigs kolektif ya memang demikian, pengadaan acaranya secara kolektif bersama kawan2, dan band yang main juga turut kolektifan. Kolektifan band bukan register. Bukan berarti kamu ga ada uang maka ga bisa main. Tetapi, gigs kolektif adalah gigs yang dibangun karena persaudaraan, belajar bersama, dan keinginan bersama untuk memperluas jaringan dll. Umpama band patungan 100rb perban (sepengetahuan saya 100rb ini paling tinggi patungan band), band berjumalh 5 orang alah per orang 20rb. Atau per band jumlah 4 org ya tinggal dibagi.
Ibaratnya gini, sebuah gigs kolektif memiliki kas hasil kawan2 patungan selama ini sebesar 1juta. Untuk mengadakan gigs kita keluar biaya 3juta. Darimana dapet 2juta ini? Pertama band turut membantu jalannya sebuah gigs, kedua temen2 yang hadir juga turut membantu atas tiket. Itupun kalau hasilnya bisa dapet 2juta malah sering norok, ujung2nya kawan2 yang ngadain gigs yang muter otak cara nutupin 2juta itu. Masih nyebut yang organisir gigs kolektif males2an?
Kedua, gigs kolektif tujuannya adalah belajar mengorganisir diri bersama kawan2, belajar untuk berkata ‘hey sponsor, tanpa kamu kita bisa bikin acara. Meski rugi, tapi kita ga akan kapok dan masih bisa seneng2.’ Juga untuk berkata ‘ngapain kamu ngemis minta main di panggung megah ketika temen2mu bisa bikinin kamu gigs? Meski ga megah2 banget.” Jadi, jika keadaannya demikian, maka siapa yang ga support siapa?
Ketiga, musisi itu yang bagaimana sih? Kan ga semua orang yang bisa main alat musik disebut musisi. Kalau gitu, andika kangen band dia udah nyanyi dan bandnya udah dapet penghargaan plus rambutnya yang jadi trendsetter itu bisa disebut musisi? Kamu promusisi yang kek gitu juga atau kalian punya kategori musisi sendiri? Kalau promusisi dan pengen diapresiasi dengan cara bandmu dibayar ya mungkin kamu salah masuk gigs. Kamu harusnya masuk ke gigs sponsor rokok, atau yamaha, atau xl, dll. Itupun kalau bandmu diajakin, kalau ga, ya legowo. Sekalian masuk ke major label, dan gantungkanlah harapan bahwa menjadi musisi bisa menghasilkan uang, kelak banyak yang akan bercita2 menjadi musisi. Ga ada yang salah dengan menjadi musisi kok, tapi ketika bicara gigs kolektif ya maaf, disana ga ada yang namanya musisi / artist dll.
Keempat, ini pendapat pribadi saja
. Jangan diseriusin karena saya yakin mereka ngetweet itu pun ga serius. Kalo serius, mereka pasti bisa ngebedain gig kolektif atau ga. Dan doa mereka agar gig kolektif musnah, akan diganti menjadi ‘semoga gig kolektif bisa berubah menjadi gig mainstrem’. Dan saya yakin dengan 10 tahun berada di scene yang mereka bilang, 10 tahun itu sampai sekarang masih berdoa gig kolektif musnah. Artinya, gig kolektif ga akan musnah.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar