Kamis, 26 September 2013

10 Lagu lokal protes terbaik


Indonesia kaya akan lagu politis, maklum sejarah panjang dikentuti rezim melahirkan juga kondisi dimana karya-karya demikian hadir. Namun, entah kenapa lagu-lagu bertemakan sosial-politik itu kebanyakan hanya berupa reportase saja. ‘Oh, tanah air ku dijarah’, ‘Oh di tanahku ada yang mati ditembak’, ‘Oh negeriku banyak orang serakah’ dan reportase sejenis lainnya yang tidak saya anggap sebagai lagu protes. Jarang ditemukan lagu yang menginspirasi, memprovokasi dan mengajak orang lain untuk berbuat. Terlebih lagu protes yang keren. Namun, sepuluh berikut saya rasa mewakili, so here we go:
1. Iwan Abdurrahman – Mentari
Lagu protes terbaik di negeri ini lahir dalam bentuk balada melankolis. Dengan latar belakang pemberontakan mahasiswa yang massif tahun 77-78 yang menolak pencalonan kembali Soeharto sebagai Presiden termasuk mencela pembangunanisme-nya, kebijakan utang luar negeri serta proyek pembangunan Taman Mini Indonesia Indah. Harto meresponnya dengan NKK/BKK (Normalisasi Kehidupan Kampus/Badan Koordinasi Kemahasiswaan) yang menempatkan militer menduduki kampus-kampus dan para aktivisnya dibui. Abah Iwan menulis lagu ini bagi mereka yang berada di garis depan dan dipenjarakan. Saat pertama kali mendengarnya, saya tak begitu peduli karena versi yang Bapak putar di tahun 80-an dulu dinyanyikan Euis Darliah tidak menarik perhatian.Hingga tiba saat kuliah dan berada ditengah-tengah massa aksi yang dengan hikmat menyanyikan lagu ini seolah himne perang sebelum merangsek barikade ‘bubur kacang hijau’ di circa 95-96an. Lirik lagunya tidak secara langsung menyerukan protes, namun memiliki kombinasi nada dan lirik yang berpotensi menginjeksi nyali dan nyaris melenyapkan rasa takut. Ketika bait terakhir “Hari ini hari milikku” habis dinyanyikan ia memiliki efek yang serupa dengan melahap sebaskom mushroom tai kerbau dan berhalusinasi jika senjata yang ditenteng tentara didepan kalian itu adalah senjata plastik, meski pada akhirnya tetap saja benjut dan bocor dipopor. Hari ini rezim tak perlu militer untuk menjinakkan perlawanan dari kampus, cukup mengetatkan waktu studi dan sederet peraturan akademis cemen untuk merubah mahasiswa menjadi kambing. Aktivisme politik mereka hari ini paling banter menjadi cunguk elit para alumnus/senior mereka yang bertebaran jadi pedagang politik di luar sana.
2. Swami – Bongkar
No matter how shitty Iwan Fals is now, saya tak bisa menyangkal ia pernah menulis salah satu lagu protes paling hebat di Indonesia.Saya bilang Iwan Fals, karena saya tak yakin anggota sisa Swami lainnya memiliki intuisi cantik dan nyali menulis dan melempar lagu yang menyerukan pemberontakan di tengah rezim yang sedang kuat-kuatnya menjajah. Lagu ini bisa ditemukan di tengah demonstrasi manapun sejak ia dirilis, dari aksi di Semanggi hingga pemogokan pabrik tekstil di Cibabat, di penggusuran PKL hingga penolakan kooptasi lahan di Bandung Utara.Saya pernah menyaksikan, pada sebuah aksi pendudukan TVRI lokal di Cibaduyut 13 tahun lampau, seorang warga yang ikut ke dalam barisan mengayunkan lempengan besi pagar ke barikade Brimob, dengan menyanyikan bait “Ternyata kita harus ke jalan/ Robohkan setan yang berdiri mengangkang”. This is an ultimate riot folk song. Dengan latar belakang protes atas penenggelaman sebuah desa untuk kepentingan pembuatan waduk di Kedung Ombo, konon lirik lagu ini sudah mengalami pengeditan setelah Iwan diyakini anggota Swami lain dan kerabatnya untuk merubahnya agar bisa tetap dirilis. Dengan kemegahan dan kekuatan lagu ini, saya hampir tak bisa percaya jika ini ditulis oleh Iwan Fals yang sama yang hari ini muncul di iklan kopi sambil menyeru ‘Bongkar!’ tiga kali dan mereduksinya menjadi lawakan komersil. Ironisnya, ini terjadi di zaman yang sudah relatif aman untuk bersuara garang dan penindasan bercorak akumulasi primitif yang melatarbelakangi lagu ini semakin nyata (jika tak bisa dibilang bertambah), dari Sampalan hingga Kulon Progo, dari Bima, Mesuji hingga Sidoarjo.
3. Efek Rumah Kaca – Di Udara
Mustahil tidak mengikutsertakan lagu ini yang nyaris menjadi favorit semua orang. Ketika pertama kali di 2007 lampau saya mendengar kabar ada band lokal baru yang keren nyerempet Jeff Buckley dan ber-folk rock ria, saya tak pernah menyangka mereka memiliki lagu protes sekuat ini. Di era pasca-reformasi membuat lagu protes yang menginspirasi adalah sesuatu yang tidak mudah karena kebanalan protes itu sendiri. Tak percaya? silahkan dengar kembali lagu-lagu protes Ahmad Dhani di “Ideologi, Sikap, Otak” yang norak itu. Dalam hal ini, Efek Rumah Kaca memberi contoh bagaimana melakukannya dengan benar (baca: keren). Pada dasarnya lagu ini mengangkat pembunuhan sistematis almarhum Munir yang dilakukan oleh negara, namun Cholil, Adrian dan Akbar menulis lagu ini dengan kekuatan lirik yang melampaui memori Munir itu sendiri. Ia bercerita tentang kekuatan tekad dan keyakinan yang tidak bisa dibungkam oleh apapun, termasuk oleh terror dan kekuatan militeristik, mengingatkan saya kembali pada konsekuensi keberpihakan namun ERK membuatnya jauh dari kesan martyrdom. Sampai sekarang bulu kuduk saya selalu berdiri ketika lagu ini mereka mainkan di panggung.

4. Hark! Its A Crawling Tartar – Syamsul Bahri Menggugat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar